Perilaku Terpuji
A. Adil
Pengertian
adil menurut bahasa adalah meletakan sesuatu pada tempatnya. Adil juga berarti
tidak berat sebelah, tidak memihak atau menyamakan yang satu dengan yang lain.
Dengan demikian, berlaku adil adalah memperlakukan hak dan kewajiban secara
seimbang, tidak memihak dan tidak merugikan pihak mana pun. Sebagai contoh,
seorang penguasa yang adil akan melaksanakan tugas sesuai dengan fungsi dan
kedudukannya. Allah SWT memerintahkan hamba-Nya ang beriman agar berlaku adil
dalam Al-Qur’an surah an-nisa’ ayat 135 yang artinya:
Wahai orang-orang yang beriman!
Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap
dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang
terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya
(kebaikannya) (Q.S. an-Nisa’/4:135)
Dalam ayat tersebut, Allah swt
memerintahkan kepada hamba-Nya yang beriman supaya menjadi orang yang
benar-benar menegakkan keadilan di tengah-tengah masyarakat. Orang yang beriman
harus berani menjadi saksi karena Allah, walaupun yang menjadi tergugat atau
terdakwa adalah diri sendiri, orang tua dan kerabatnya.
Berlaku adil sangat terkait dengan
hak dan kewajiban yang dimiliki oleh seseorang karena hal itu terkait pula
dengan amanah. Padahal, amanah adalah sesuatu yang wajib diberikan kepada yang
berhak menerimanya. Oleh karena itu, hukum harus ditetapkan secara adil.
Terdapat 3 hal pokok mengenai
pelaksanaan keadilan yang harus diperhatikan manusia. Tiga hal itu adalah
sebagai berikut.
1. Allah
SWT senantiasa melakukan pengawasan terhadap semua tindakan manusia apakah ia
berlaku adil atau zalim.
2. Allah
SWT melarang manusia berlaku sewenang-wenang karena benci atau karena yang
bersangkutan adalah lawan atau musuh.
3. Allah
SWT memerintahkan manusia agar berbuat adil kepada siapa pun sebab berbuat adil
merupakan salah satu unsur yang mendekatkan kepada takwa.
B. Rida
Menurut bahasa, rida berarti rela,
sedangkan menurut istilah, rida adalah menrima segala sesuatu yang terjadi
dengan senag hati. Orang yang rida menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi
itu merupakan kehendak Allah SWT, oleh karena itu, ia tidak menentang hukum dan
ketentuan Allah SWT.
Sifat lain yang berkait erat dengan
rida adalah sabar. Dilihat dari tingkatannya, sabar merupakan hal yang harus
dicapai oleh seseorang sebelum ia sampai kepada sifat rida.
Imam al-Gazali menjelaskan bahwa
sabar mempunyai tiga unsure sebagai berikut.
1.
Ilmu
adalah pengetahuan atau kesadaran bahwa sabar itu mengandung kemaslahatan dalam
agaman. Sabar akan membawa manfaat bagi seseorang dalam menghadapi segala
problem kehidupan.
2.
Hal
adalah keadaan hati yang memiliki pengetahuan atau kesadaran tersebut. Hal
terwujud dalam tingkah laku.
3.
Amal
adalah terwujudnya hal (sabar) dalam tingkah laku.
Selanjutnya,
imam al-Gazali mengumpamakan tiga unsure kesabaran tersebut sebagai sebatang
pohon. Ilmu adalah batangnya, hal adalah cabangnya, dan amal adalah buahnya.
Nabi Muhammad SAW. Membagi kesabaran
menjadi tiga macam. Tiga macam kesabaran itu adalah sebagai berikut
1.
Sabar di dalam menghadapi segala macam
musibah.
2.
Sabar di dalam mematuhi perintah Allah
SWT.
3.
Sabar di dalam menahan diri untuk tidak
melakukan maksiat.
Kesabaran
merupakan salah satu kunci sukses dalam perjuangan meraih cita-cita. Ketika
kita berusaha meraih cita-cita, sering kali kita menghadapi tantangan dan
hambatan. Kedua hal itu bias muncul dari dalam dan dari luar diri kita. Semua
itu membutuhkan kesabaran dalam menghadapinya. Allah SWT, memerintahkan manusia
supaya menjadikan sabar dan salat sebagai penolong dalam Al-Qur’an surah
al-Baqarah ayat 153 berikut ini.
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman!
Mohonlah pertolongan ( kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya, Allah
beserta orang-orang yang sabar. ( Q.S. al-Baqarah/2:
153)
Rida mencerminkan puncak ketenangan
jiwa seseorang. Pendirian orang yang telah menempati maqam (tingkatan) rida tidak akan terguncang oleh apa pun yang
dihadapinya. Baginya, segala sesuatu yang terjadi di ala mini merupakan
kodrat (kekuasaan) dan iradat
(kehendak)-Nya. Segalanya harus diterima dengan rasa tenang dan gembira karena
hal tersebut adalah pilihan Allah SWT. Yang berarti pilihan terbaik.
Maqam
(tingkatan) rida lebih tinggi dari pada maqam (tingkatan) sabar. Hal itu karena
dalam pengertian sabar masih terkandung pengakuan adanya sesuatu yang
menimbulkan penderitaan. Adapun bagi orang yang telah mencapai tingkatan rida,
ia tidak lagi membedakan antara apa yang disebut musibah dan apa yang disebut
nikmat. Semuanya itu diterima dengan rasa senang karena semuanya merupakan
kehendak Allah SWT.
C. Amal saleh
Amal berasal dari bahasa Arab `amid yang berarti pekerjaan. Dalam
bahasa Indonesia. amal berarti perbuatan baik atau buruk. Istilah amal hanya
dihubungkan dengan manusia karena hanya
manusia yang dapat mengerjakan amal. Hal itu disebabkan amal merupakan suatu
perbuatan yang dilakukan berdasarkan ilmu pengetahuan, pilihan atau kesadaran
din sendiri, dan kesengajaan atau niat.
Adapun amal saleh memiliki beberapa pengertian. Menurut
Muhammad Abduh, amal saleh adalah segala perbuatan yang
berguna bagi pribadi, keluarga, kelompok, dan manusia secara keseluruhan. Menurut az-Zamakhsyari, amal saleh adalah segala
perbuatan yang sesuai dengan akal
(rasional), Al-Qur'an, dan sunah Nabi Muhammad saw. Dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa amal saleh akan
memberi manfaat, baik bagi diri yang mengerjakan
maupun bagi orang lain.
Kebalikan dari amal saleh adalah aural sayyi'ah atau
amal jelek, yaitu amal yang mendatangkan mudarat, baik bagi
pelakunya maupun bagi orang lain. Amal sayyi'ah
juga dapat didefinisikan sebagai amal perbuatan yang
dapat menutupi hati untuk beramal saleh.
Amal saleh merupakan pembuktian keimanan seseorang.
Seseorang yang mengaku telah beriman harus
membuktikan keimanannya dengan amal saleh. Perintah untuk mengerjakan amal
saleh terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur'an berikut ini.
Artinya:
Barang siapa mengerjakan kebajikan, balk laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman,
maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan
Kami
beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa Yang
telah mereka kerjakan.(Q.S. an
Nahl/16: 97)
Artinya:
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan,
mereka itu penghuni surga. mereka
kekal di dalamnya. (Q.S. al-Bagarah2: 82)
Artinya:
Barang siapa
mengerjakan perbuatan jahat, maka dia akan dibalas sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang siapa mengerjakmi kebajikan, baik
laki-laki maupun perempuan sedangkan
dia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tidak terhingga. (Q.S. al-Mu'min/40:
40)
Dilihat dari bentuknya, aural saleh ada dua macam. yaitu
aural batiniah dan aural lahiriah.
D. Amal Batiniah
Amal
batiniah adalah amal yang dilakuakn oleh hati. Beberapa contoh amal batiniah
adalah sebagai berikut.
a. Beriman,
yakni meyakini dengan sepenuh hati akan keesaan Allah swt., keberadaan
malaikat, para rasul, kitab-kitab Allah swt., hari akhir, serta qada dan qadar.
Hal itu dijelaskan dalam Al-Quran surah al-Baqarah ayat 25
artinya
:
“Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan
kepadanya (Al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman.
Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan
rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami
ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.”
b. Bersabar,
yaitu kuat dan tenang hati dalam menghadapi segala cobaan.
c. Berniat,
yaitu menentukan maksud atau tujuan dilakukannya suatu perbuatan. Niat akan
menentukan apakah suatu pekerjaan dapat digolongkan sebagai ibadah atau bukan.
d. Bertawakal,
yaitu berserah diri kepada kehendak Allah dan menerima segala ketentuan-Nya
dengan senang hati.
e. Ikhlas,
yaitu ketulusan hati untuk menerima segala ketetapan Allah swt.
f. Berani,
yaitu hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya
dan kesulitan. Rasa berani juga akan menghilangkan kesedihan ketika mengkadapi
hal-hal yang tidak menyenangkan.
F. Amal Lahiriah
Amal
lahiriah yaitu amal yang dilakukan oleh anggota badan serta dapat diketahui
oleh penglihatan dan pendengaran. Amal lahiriah yang dianggap sebagai amal
saleh dan memperoleh pahala adalah amal lahiriah yang berdasarkan niat karena
Allah semata. Oleh karena itu, amal lahiriah juga sangat berkait erat dengan
amal batiniah. Amal lahiriah dapat digolongkan menjadi dua, yaitu amal lahiriah
yang berupa ucapan dan amal lahiriah yang berupa tindakan anggota badan yang
lain
a.
Amal lahiriah yang berupa ucapan
Contoh
amal lahiriah yang berupa ucapan adalah sebagai berikut.
1)
Nasihat yang Baik
Nasihat
yang baik tehadap orang lain merupakan amal saleh.
2)
Ucapan
yang Baik
Ucapan
yang baik terhadap orang lain merupakn amal saleh yang diperintahkan Allah swt.
3)
Membaca Al-Quran
Membaca
Al-Qur’an merupakn amal saleh yang sangat dianjurkan.
b.
Amal
Lahiriah yang Berupa Perbuatan
Contoh
amal lahiriah yang berupa perbuatan anggota badan adalah sebagai berikut.
1)
Mendirikan Salat dan Menunaikan Zakat
Mendirikan
salat dan menunaikan zakat termasuk amal saleh.
2)
Menolong
Dalam kebaikan
Sesame
muslim dianjurkan saling menolong srbagai salah satu amal saleh bagi mereka.
3)
Berjual
beli
Melakukan
jual beli tergolong amal saleh jika hal itu dilakukan dengan baik, jujur, dan
sesuai tuntunan Islam.
Disamping
perbuatan-perbuatan yang telah disebutkan diatas, masih terdapat banyak
perbuatan lain yang dapat digolongkan sebagai amal saleh. Berbagai macam amal
saleh tersebut akan membawa manfaat-manfaat yang dapat dipetik, baik didunia
maupun diakhirat. Didunia, amal saleh akan jadi penentu kebahagiaan manusia.
Allah swt. Akan menentukan baik buruk kehidupan seseorang berdasarkan
perbuatannya. Seseorang yang tekun bekerja didunia dengan cara yang diridhai
Allah swt. Akan hidup berbahagia.
Diakhirat,
amal saleh juga akan membawa kebahagiaan. Allah swt. Akan memberikan balasan
yang adil atas semua amal yang telah dikerjakan manusia.
Berikut
Perbuatan Amal Shaleh Yang Perlu Kita Tingkatkan Untuk Memajukan Umat Islam
Saat Ini :
a.
Disiplin dalam Belajar
Tugas
seorang pelajar adalah belajar dengan tekun. Dalam hal ini para pelajar
dituntut untuk bekerja keras dalam membaca dan menelaah pelajaran. Orang yang
senang membaca akan memperoleh ilmu yang banyak. Belajar hendaknya dijauhkan
dari hal-hal yang kurang baik (negatif), seperti keramaian, video game,
kenakalan remaja atau hal-hal yang kurang baik bagi seorang pelajar. Sebab,
pelajar yang sudah mengenal pergaulan di luar rumah akan berakibat fatal.
Mereka akan mengabaikan pelajaran di sekolah.
Dalam
hal ini orang tua mempunyai peranan sangat penting. Mereka harus dapat
mengarahkan anak-anaknya agar gemar membaca hal-hal yang positif dan melarang
membaca bacaan yang dilarang, seperti bacaan pornografi dan lainnya. Orang tua
harus mcmpunyai sikap waspada dalam mengawasi putra-putrinya yang masih duduk
di bangku sekolah. Karena pada zaman sekarang banyak pelajar yang tidak
menghiraukan dirinya sebagai pelajar, sebab mereka sudah mengenal dunia di luar
lingkungan sekolah. Oleh sebab itu, pemerintah mengimbau agar para pelajar
jangan mudah terkena arus di luar sekolah, seperti minum minuman keras,
kebutkebutan dalam mengendarai sepeda motor, dan kenakalan remaja lainnya.
Seorang pelajar harus belajar dan menuntut ilmu dengan baik. Sebab, di tangannyalah
negara akan maju dan berkembang.
b.
Disiplin dalam Bekerja
Disiplin
dalam bekerja adalah modal dasar untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Seorang
muslim harus disiplin dalam bekerja, giat berusaha, tidak mengandalkan orang
lain, atau bermalas-malasan sambil menantikan uluran tangan orang lain.
RasulullahJ . memberikan contoh, sebaik-baik penghasilan adalah usaha sendiri
dan penghidupan yang bersumber dari penghasilan usahanya itu. Oleh karena itu,
hendaklah rajin dan disiplin dalam bekerja, agar mendapatkan kesejahteraan dan
kebahagiaan hidup dengan tidak lupa mengingat Allah.
Maksud
disiplin dalam bekerja adalah menggunakan waktu sebaik-baiknya. Misalnya,
seseorang bekerja di perusahaan maka ia harus menaati semua peraturan sehingga
menghasilkan sesuatu yang lebih banyak. Atau, kita berusaha sendiri dengan
kerja keras dan penggunaan waktunya diatur. Dengan demikian akan menghasilkan
sesuatu yang lebih banyak. Sehaliknva, orang yang kurang disiplin dalam bekerja
maka akan ketinggalan oleh teman-temannya dalam mencapai penghidupan.
Seseorang
yang giat bekerja mempunyai tujuan atau angan-angan seakan-akan hidup
selama-lamanya. Jadi, setiap hari ia mendapatkan kepuasan dengan keberhasilan
usaha atau kerjanya. Tetapi sehaliknva. bagi yang susah untuk memperoleh
penghasilan, seakan-akan hidupnya suram, tidak ada gairah dalam menjalani
kehidupannya.
Untuk
memperoleh keberhasilan yang memuaskan, Islam menggariskan melalui sebuah hadis
yang artinya : "Bekerjalah kamu untuk urusan duniamu seakan-akan kamu akan
hisup selamanya, dan bekerjalah untuk urusan akhiratmu seakan-akan kamu akan
mati esok hari." (HR. Al-Baihaqi)
c.
Disiplin dalam Berlalu Lintas
Untuk
mencapai ketertiban di jalan raya, setiap pemakai jalan hendaknya mempunyai
kesadaran untuk menaati peraturan lalu lintas dalam bentuk rambu-rambu lalu
lintas. Untuk menghindari kecelakaan, hindarkanlah gaya kebut-kebutan, sok
gengsi kalau diddahului oleh pengendara lain. Apabila masing-masing individu
sudah mempunyai kesadaran dalam berlalu lintas maka terciptalah kedisiplinan di
jalan raya.
Begitu
juga dalam melengkapi surat-surat, pengendara harus memiliki STNK dan SIM.
Sebab, seseorang baru diperbolehkan mengendarai sepeda motor atau mobil apabila
memiliki SIM (Surat lzin Mengemudi), dan semuanya ini diatur dalam
undang-undang lalu lintas.
Adapun
tujuan pemerintah memberlakukan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Nomor 14 Tahun 1992, adalah untuk menertibkan para pemakai jalan di Indonesia
yang makin hari makin bertambah, baik jumlah kendaraan, angka pelanggaran lain
lintas, maupun angka kecelakaan.
d.
Disiplin dalam Beribadah
Manusia
sebagai makhluk Allah yang paling tinggi derajatnya dengan diberi akal untuk
berpikir hingga dapat membedakan antara yang benar dan yang batil bahkan untuk
mengolah alam semesta. Maka, sudah sepantasnyalah manusia mendekatkan dirinya
kepada allah atau bersyukur dengan meningkatkan ibadahnya kepada Allah.
Manusia
mengemban amanat yang paling besar, yaitu amanat ibadah dan amanat khalifah.
Amanah ibadah artinya manusia wajib menyembah serta tunduk dan patuh hanya
kepada Allah. Firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Bayyinah ayat 5 yang
artinya : "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah dengan
memurnikan ketaatan kepada- Nya dan (menjalankan) agama dengan lurus, supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama
yang lurus."
Dengan
demikian, secara akal maupun wahyu, manusia wajib berhubungan kepada Allah
untuk mengabdikan dirinya dengan mendisiplinkan ibadah, seperti mengerjakan
shalat, menunaikan zakat, dan amalan lainnya.
e.
Disiplin
dalam Masyarakat
Hidup
bermasyarakat adalah fitrah manusia. Dilihat dari latar belakang budaya, setiap
manusia memiliki latar belakang yang berbeda. Karenanya, setiap manusia
memiliki watak dan tingkah laku yang berbeda, namun dengan bermasyarakat,
mereka tentu memiliki norma- norma dan nilai-nilai kemasyarakatan serta
peraturan yang disepakati bersama, yang harus dihormati dan dihargai. Sebagai
bangsa Indonesia yang religius dan berfalsafah Pancasila, tentunya kita harus
menaati dan mematuhi nilai-nilai dan norma-norma serta adat yang berlaku pada
masyarakat kita.
Sesuai
dengan naluri kemanusiaan, tiap anggota masyarakat ingin lebih mengutamakan
kepentingan pribadi dan kelompoknya. Sekiranya tidak ada aturan yang mengikat
dalam bemasyarakat sesuai ketentuan yang telah digariskan oleh agama, niscaya
kehidupan masyarakat akan kacau balau, karena setiap pribadi dan kelompok akan
membanggakan diri pribadi dan kelompoknya masing-masing.
Berdasarkan
kenyataan ini, agama Islam menegaskan bahwa manusia yang paling berkualitas di
sisi Allah bukanlah karena keturunan atau kekayaan, akan tetapi berdasarkan
ketakwaannya. Ketakwaan merupakan perwujudan dari kedisiplinan yang tinggi
dalam mematuhi perintah Allah. Ketakwaan adalah harta pusaka yang tidak dapat
diwariskan melalui garis keturunan.
Agama
Islam mengibaratkan anggota masyarakat itu bagaikan satu bangunan, di dalamnya
terdapat beberapa komponen yang satu sama lain mempunyai fungsi berbeda- beda.
Manakala salah satu komponen itu rusak maka seluruh bangunan itu akan rusak
atau binasa. Hadis Nabi Muhammad . Menegaskan yang artinya "Seorang mukmin
dengan mukmin lainnnya bagaikan bangunan yangsebagian dari mereka memperkuat
bagian lainnya. Kemudian beliau meneluspkan jari-jari yang sebelah ke jari-jari
tangan sebelah lainnya." (HR. Bukhari Muslim dan Turmudzi)
f.
Disiplin
dalam Penggunaan Waktu
Dalam
menggunakan waktu perlu diperhatikan dengan saksama. Waktu yang sudah berlalu
tak mungkin akan kembali lagi. Demikian pentingnya arti waktu sehingga berbagai
bangsa di dunia mempunyai ungkapan yang menyatakan, "waktu adalah
uang",peribahasa Arab menyatakan, "waktu adalah seperti pedang",
dan "waktu adalah seperti emas". Kita orang Indonesia menyatakan,
"sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna".
Seandainya
seorang siswa yang pada waktu belajar di rumah masih terus bermain- main dan
pada waktu tidur ia gunakan untuk begadang semalam suntuk, tentu hidupnya
menjadi tidak teratur, karena ia tidak pandai menggunakan waktu dengan tepat.
Oleh karena itu, hargailah waktu dengan cara berdisiplin dalam merencanakan,
mengatur, dan menggunakan waktu yang Allah karuniakan kepada kita tanpa
dipungut biaya.