Rabu, 14 September 2011

perilaku terpuji

Perilaku Terpuji
A.   Adil
Pengertian adil menurut bahasa adalah meletakan sesuatu pada tempatnya. Adil juga berarti tidak berat sebelah, tidak memihak atau menyamakan yang satu dengan yang lain. Dengan demikian, berlaku adil adalah memperlakukan hak dan kewajiban secara seimbang, tidak memihak dan tidak merugikan pihak mana pun. Sebagai contoh, seorang penguasa yang adil akan melaksanakan tugas sesuai dengan fungsi dan kedudukannya. Allah SWT memerintahkan hamba-Nya ang beriman agar berlaku adil dalam Al-Qur’an surah an-nisa’ ayat 135 yang artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya (kebaikannya) (Q.S. an-Nisa’/4:135)
            Dalam ayat tersebut, Allah swt memerintahkan kepada hamba-Nya yang beriman supaya menjadi orang yang benar-benar menegakkan keadilan di tengah-tengah masyarakat. Orang yang beriman harus berani menjadi saksi karena Allah, walaupun yang menjadi tergugat atau terdakwa adalah diri sendiri, orang tua dan kerabatnya.
            Berlaku adil sangat terkait dengan hak dan kewajiban yang dimiliki oleh seseorang karena hal itu terkait pula dengan amanah. Padahal, amanah adalah sesuatu yang wajib diberikan kepada yang berhak menerimanya. Oleh karena itu, hukum harus ditetapkan secara adil.
            Terdapat 3 hal pokok mengenai pelaksanaan keadilan yang harus diperhatikan manusia. Tiga hal itu adalah sebagai berikut.
1.      Allah SWT senantiasa melakukan pengawasan terhadap semua tindakan manusia apakah ia berlaku adil atau zalim.
2.      Allah SWT melarang manusia berlaku sewenang-wenang karena benci atau karena yang bersangkutan adalah lawan atau musuh.
3.      Allah SWT memerintahkan manusia agar berbuat adil kepada siapa pun sebab berbuat adil merupakan salah satu unsur yang mendekatkan kepada takwa.
B. Rida
            Menurut bahasa, rida berarti rela, sedangkan menurut istilah, rida adalah menrima segala sesuatu yang terjadi dengan senag hati. Orang yang rida menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi itu merupakan kehendak Allah SWT, oleh karena itu, ia tidak menentang hukum dan ketentuan Allah SWT.
            Sifat lain yang berkait erat dengan rida adalah sabar. Dilihat dari tingkatannya, sabar merupakan hal yang harus dicapai oleh seseorang sebelum ia sampai kepada sifat rida.
            Imam al-Gazali menjelaskan bahwa sabar mempunyai tiga unsure sebagai berikut.
1.      Ilmu adalah pengetahuan atau kesadaran bahwa sabar itu mengandung kemaslahatan dalam agaman. Sabar akan membawa manfaat bagi seseorang dalam menghadapi segala problem kehidupan.
2.      Hal adalah keadaan hati yang memiliki pengetahuan atau kesadaran tersebut. Hal terwujud dalam tingkah laku.
3.      Amal adalah terwujudnya hal (sabar) dalam tingkah laku.
Selanjutnya, imam al-Gazali mengumpamakan tiga unsure kesabaran tersebut sebagai sebatang pohon. Ilmu adalah batangnya, hal adalah cabangnya, dan amal adalah buahnya.
            Nabi Muhammad SAW. Membagi kesabaran menjadi tiga macam. Tiga macam kesabaran itu adalah sebagai berikut
1.      Sabar di dalam menghadapi segala macam musibah.
2.      Sabar di dalam mematuhi perintah Allah SWT.
3.      Sabar di dalam menahan diri untuk tidak melakukan maksiat.
Kesabaran merupakan salah satu kunci sukses dalam perjuangan meraih cita-cita. Ketika kita berusaha meraih cita-cita, sering kali kita menghadapi tantangan dan hambatan. Kedua hal itu bias muncul dari dalam dan dari luar diri kita. Semua itu membutuhkan kesabaran dalam menghadapinya. Allah SWT, memerintahkan manusia supaya menjadikan sabar dan salat sebagai penolong dalam Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 153 berikut ini.


Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan ( kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya, Allah beserta orang-orang yang sabar. ( Q.S. al-Baqarah/2: 153)
            Rida mencerminkan puncak ketenangan jiwa seseorang. Pendirian orang yang telah menempati maqam (tingkatan) rida tidak akan terguncang oleh apa pun yang dihadapinya. Baginya, segala sesuatu yang terjadi di ala mini merupakan kodrat  (kekuasaan) dan iradat (kehendak)-Nya. Segalanya harus diterima dengan rasa tenang dan gembira karena hal tersebut adalah pilihan Allah SWT. Yang berarti pilihan terbaik.
            Maqam (tingkatan) rida lebih tinggi dari pada maqam (tingkatan) sabar. Hal itu karena dalam pengertian sabar masih terkandung pengakuan adanya sesuatu yang menimbulkan penderitaan. Adapun bagi orang yang telah mencapai tingkatan rida, ia tidak lagi membedakan antara apa yang disebut musibah dan apa yang disebut nikmat. Semuanya itu diterima dengan rasa senang karena semuanya merupakan kehendak Allah SWT.

C. Amal saleh
Amal berasal dari bahasa Arab `amid yang berarti pekerjaan. Dalam bahasa Indonesia. amal berarti perbuatan baik atau buruk. Istilah amal hanya dihubungkan dengan manusia karena hanya manusia yang dapat mengerjakan amal. Hal itu disebabkan amal merupakan suatu perbuatan yang dilakukan berdasarkan ilmu pengetahuan, pilihan atau kesadaran din sendiri, dan kesengajaan atau niat.
Adapun amal saleh memiliki beberapa pengertian. Menurut Muhammad Abduh, amal saleh adalah segala perbuatan yang berguna bagi pribadi, keluarga, kelompok, dan manusia secara keseluruhan. Menurut az-Zamakhsyari, amal saleh adalah segala perbuatan yang sesuai dengan akal (rasional), Al-Qur'an, dan sunah Nabi Muhammad saw. Dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa amal saleh akan memberi manfaat, baik bagi diri yang mengerjakan maupun bagi orang lain.
Kebalikan dari amal saleh adalah aural sayyi'ah atau amal jelek, yaitu amal yang mendatangkan mudarat, baik bagi pelakunya maupun bagi orang lain. Amal sayyi'ah juga dapat didefinisikan sebagai amal perbuatan yang dapat menutupi hati untuk beramal saleh.
Amal saleh merupakan pembuktian keimanan seseorang. Seseorang yang mengaku telah beriman harus membuktikan keimanannya dengan amal saleh. Perintah untuk mengerjakan amal saleh terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur'an berikut ini.

Artinya:
Barang siapa mengerjakan kebajikan, balk laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami
beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa Yang telah mereka kerjakan.(Q.S. an­ Nahl/16: 97)

Artinya:
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu penghuni surga. mereka kekal di dalamnya. (Q.S. al-Bagarah2: 82)

Artinya:
Barang siapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia akan dibalas sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang siapa mengerjakmi kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan sedangkan dia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tidak terhingga. (Q.S. al-Mu'min/40: 40)
Dilihat dari bentuknya, aural saleh ada dua macam. yaitu aural batiniah dan aural lahiriah.

D. Amal Batiniah
Amal batiniah adalah amal yang dilakuakn oleh hati. Beberapa contoh amal batiniah adalah sebagai berikut.
a.       Beriman, yakni meyakini dengan sepenuh hati akan keesaan Allah swt., keberadaan malaikat, para rasul, kitab-kitab Allah swt., hari akhir, serta qada dan qadar. Hal itu dijelaskan dalam Al-Quran surah al-Baqarah ayat 25

artinya :
“Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.”
b.      Bersabar, yaitu kuat dan tenang hati dalam menghadapi segala cobaan.
c.       Berniat, yaitu menentukan maksud atau tujuan dilakukannya suatu perbuatan. Niat akan menentukan apakah suatu pekerjaan dapat digolongkan sebagai ibadah atau bukan.
d.      Bertawakal, yaitu berserah diri kepada kehendak Allah dan menerima segala ketentuan-Nya dengan senang hati.
e.       Ikhlas, yaitu ketulusan hati untuk menerima segala ketetapan Allah swt.
f.       Berani, yaitu hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya dan kesulitan. Rasa berani juga akan menghilangkan kesedihan ketika mengkadapi hal-hal yang tidak menyenangkan.

F. Amal Lahiriah
Amal lahiriah yaitu amal yang dilakukan oleh anggota badan serta dapat diketahui oleh penglihatan dan pendengaran. Amal lahiriah yang dianggap sebagai amal saleh dan memperoleh pahala adalah amal lahiriah yang berdasarkan niat karena Allah semata. Oleh karena itu, amal lahiriah juga sangat berkait erat dengan amal batiniah. Amal lahiriah dapat digolongkan menjadi dua, yaitu amal lahiriah yang berupa ucapan dan amal lahiriah yang berupa tindakan anggota badan yang lain
a.       Amal lahiriah yang berupa ucapan
Contoh amal lahiriah yang berupa ucapan adalah sebagai berikut.
1)       Nasihat yang Baik
Nasihat yang baik tehadap orang lain merupakan amal saleh.
2)      Ucapan yang Baik
Ucapan yang baik terhadap orang lain merupakn amal saleh yang diperintahkan Allah swt.
3)       Membaca Al-Quran
Membaca Al-Qur’an merupakn amal saleh yang sangat dianjurkan.
b.      Amal Lahiriah yang Berupa Perbuatan
Contoh amal lahiriah yang berupa perbuatan anggota badan adalah sebagai berikut.
1)       Mendirikan Salat dan Menunaikan Zakat
Mendirikan salat dan menunaikan zakat termasuk amal saleh.
2)      Menolong Dalam kebaikan
Sesame muslim dianjurkan saling menolong srbagai salah satu amal saleh bagi mereka.
3)      Berjual beli
Melakukan jual beli tergolong amal saleh jika hal itu dilakukan dengan baik, jujur, dan sesuai tuntunan Islam.
Disamping perbuatan-perbuatan yang telah disebutkan diatas, masih terdapat banyak perbuatan lain yang dapat digolongkan sebagai amal saleh. Berbagai macam amal saleh tersebut akan membawa manfaat-manfaat yang dapat dipetik, baik didunia maupun diakhirat. Didunia, amal saleh akan jadi penentu kebahagiaan manusia. Allah swt. Akan menentukan baik buruk kehidupan seseorang berdasarkan perbuatannya. Seseorang yang tekun bekerja didunia dengan cara yang diridhai Allah swt. Akan hidup berbahagia.
Diakhirat, amal saleh juga akan membawa kebahagiaan. Allah swt. Akan memberikan balasan yang adil atas semua amal yang telah dikerjakan manusia.
Berikut Perbuatan Amal Shaleh Yang Perlu Kita Tingkatkan Untuk Memajukan Umat Islam Saat Ini :
a.       Disiplin dalam Belajar
Tugas seorang pelajar adalah belajar dengan tekun. Dalam hal ini para pelajar dituntut untuk bekerja keras dalam membaca dan menelaah pelajaran. Orang yang senang membaca akan memperoleh ilmu yang banyak. Belajar hendaknya dijauhkan dari hal-hal yang kurang baik (negatif), seperti keramaian, video game, kenakalan remaja atau hal-hal yang kurang baik bagi seorang pelajar. Sebab, pelajar yang sudah mengenal pergaulan di luar rumah akan berakibat fatal. Mereka akan mengabaikan pelajaran di sekolah.
Dalam hal ini orang tua mempunyai peranan sangat penting. Mereka harus dapat mengarahkan anak-anaknya agar gemar membaca hal-hal yang positif dan melarang membaca bacaan yang dilarang, seperti bacaan pornografi dan lainnya. Orang tua harus mcmpunyai sikap waspada dalam mengawasi putra-putrinya yang masih duduk di bangku sekolah. Karena pada zaman sekarang banyak pelajar yang tidak menghiraukan dirinya sebagai pelajar, sebab mereka sudah mengenal dunia di luar lingkungan sekolah. Oleh sebab itu, pemerintah mengimbau agar para pelajar jangan mudah terkena arus di luar sekolah, seperti minum minuman keras, kebutkebutan dalam mengendarai sepeda motor, dan kenakalan remaja lainnya. Seorang pelajar harus belajar dan menuntut ilmu dengan baik. Sebab, di tangannyalah negara akan maju dan berkembang.

b.       Disiplin dalam Bekerja
Disiplin dalam bekerja adalah modal dasar untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Seorang muslim harus disiplin dalam bekerja, giat berusaha, tidak mengandalkan orang lain, atau bermalas-malasan sambil menantikan uluran tangan orang lain. RasulullahJ . memberikan contoh, sebaik-baik penghasilan adalah usaha sendiri dan penghidupan yang bersumber dari penghasilan usahanya itu. Oleh karena itu, hendaklah rajin dan disiplin dalam bekerja, agar mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup dengan tidak lupa mengingat Allah.
Maksud disiplin dalam bekerja adalah menggunakan waktu sebaik-baiknya. Misalnya, seseorang bekerja di perusahaan maka ia harus menaati semua peraturan sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih banyak. Atau, kita berusaha sendiri dengan kerja keras dan penggunaan waktunya diatur. Dengan demikian akan menghasilkan sesuatu yang lebih banyak. Sehaliknva, orang yang kurang disiplin dalam bekerja maka akan ketinggalan oleh teman-temannya dalam mencapai penghidupan.
Seseorang yang giat bekerja mempunyai tujuan atau angan-angan seakan-akan hidup selama-lamanya. Jadi, setiap hari ia mendapatkan kepuasan dengan keberhasilan usaha atau kerjanya. Tetapi sehaliknva. bagi yang susah untuk memperoleh penghasilan, seakan-akan hidupnya suram, tidak ada gairah dalam menjalani kehidupannya.
Untuk memperoleh keberhasilan yang memuaskan, Islam menggariskan melalui sebuah hadis yang artinya : "Bekerjalah kamu untuk urusan duniamu seakan-akan kamu akan hisup selamanya, dan bekerjalah untuk urusan akhiratmu seakan-akan kamu akan mati esok hari." (HR. Al-Baihaqi)

c.        Disiplin dalam Berlalu Lintas
Untuk mencapai ketertiban di jalan raya, setiap pemakai jalan hendaknya mempunyai kesadaran untuk menaati peraturan lalu lintas dalam bentuk rambu-rambu lalu lintas. Untuk menghindari kecelakaan, hindarkanlah gaya kebut-kebutan, sok gengsi kalau diddahului oleh pengendara lain. Apabila masing-masing individu sudah mempunyai kesadaran dalam berlalu lintas maka terciptalah kedisiplinan di jalan raya.
Begitu juga dalam melengkapi surat-surat, pengendara harus memiliki STNK dan SIM. Sebab, seseorang baru diperbolehkan mengendarai sepeda motor atau mobil apabila memiliki SIM (Surat lzin Mengemudi), dan semuanya ini diatur dalam undang-undang lalu lintas.     
Adapun tujuan pemerintah memberlakukan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nomor 14 Tahun 1992, adalah untuk menertibkan para pemakai jalan di Indonesia yang makin hari makin bertambah, baik jumlah kendaraan, angka pelanggaran lain lintas, maupun angka kecelakaan.

d.       Disiplin dalam Beribadah
Manusia sebagai makhluk Allah yang paling tinggi derajatnya dengan diberi akal untuk berpikir hingga dapat membedakan antara yang benar dan yang batil bahkan untuk mengolah alam semesta. Maka, sudah sepantasnyalah manusia mendekatkan dirinya kepada allah atau bersyukur dengan meningkatkan ibadahnya kepada Allah.
Manusia mengemban amanat yang paling besar, yaitu amanat ibadah dan amanat khalifah. Amanah ibadah artinya manusia wajib menyembah serta tunduk dan patuh hanya kepada Allah. Firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Bayyinah ayat 5 yang artinya : "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah dengan memurnikan ketaatan kepada- Nya dan (menjalankan) agama dengan lurus, supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus."
Dengan demikian, secara akal maupun wahyu, manusia wajib berhubungan kepada Allah untuk mengabdikan dirinya dengan mendisiplinkan ibadah, seperti mengerjakan shalat, menunaikan zakat, dan amalan lainnya.

e.        Disiplin dalam Masyarakat
Hidup bermasyarakat adalah fitrah manusia. Dilihat dari latar belakang budaya, setiap manusia memiliki latar belakang yang berbeda. Karenanya, setiap manusia memiliki watak dan tingkah laku yang berbeda, namun dengan bermasyarakat, mereka tentu memiliki norma- norma dan nilai-nilai kemasyarakatan serta peraturan yang disepakati bersama, yang harus dihormati dan dihargai. Sebagai bangsa Indonesia yang religius dan berfalsafah Pancasila, tentunya kita harus menaati dan mematuhi nilai-nilai dan norma-norma serta adat yang berlaku pada masyarakat kita.
Sesuai dengan naluri kemanusiaan, tiap anggota masyarakat ingin lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompoknya. Sekiranya tidak ada aturan yang mengikat dalam bemasyarakat sesuai ketentuan yang telah digariskan oleh agama, niscaya kehidupan masyarakat akan kacau balau, karena setiap pribadi dan kelompok akan membanggakan diri pribadi dan kelompoknya masing-masing.
Berdasarkan kenyataan ini, agama Islam menegaskan bahwa manusia yang paling berkualitas di sisi Allah bukanlah karena keturunan atau kekayaan, akan tetapi berdasarkan ketakwaannya. Ketakwaan merupakan perwujudan dari kedisiplinan yang tinggi dalam mematuhi perintah Allah. Ketakwaan adalah harta pusaka yang tidak dapat diwariskan melalui garis keturunan.
Agama Islam mengibaratkan anggota masyarakat itu bagaikan satu bangunan, di dalamnya terdapat beberapa komponen yang satu sama lain mempunyai fungsi berbeda- beda. Manakala salah satu komponen itu rusak maka seluruh bangunan itu akan rusak atau binasa. Hadis Nabi Muhammad . Menegaskan yang artinya "Seorang mukmin dengan mukmin lainnnya bagaikan bangunan yangsebagian dari mereka memperkuat bagian lainnya. Kemudian beliau meneluspkan jari-jari yang sebelah ke jari-jari tangan sebelah lainnya." (HR. Bukhari Muslim dan Turmudzi)

f.       Disiplin dalam Penggunaan Waktu
Dalam menggunakan waktu perlu diperhatikan dengan saksama. Waktu yang sudah berlalu tak mungkin akan kembali lagi. Demikian pentingnya arti waktu sehingga berbagai bangsa di dunia mempunyai ungkapan yang menyatakan, "waktu adalah uang",peribahasa Arab menyatakan, "waktu adalah seperti pedang", dan "waktu adalah seperti emas". Kita orang Indonesia menyatakan, "sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna".
Seandainya seorang siswa yang pada waktu belajar di rumah masih terus bermain- main dan pada waktu tidur ia gunakan untuk begadang semalam suntuk, tentu hidupnya menjadi tidak teratur, karena ia tidak pandai menggunakan waktu dengan tepat. Oleh karena itu, hargailah waktu dengan cara berdisiplin dalam merencanakan, mengatur, dan menggunakan waktu yang Allah karuniakan kepada kita tanpa dipungut biaya.
                                                                                                                                         

0 comments:

Posting Komentar